Lamanya antrean haji, membuat tak sedikit orang akhirnya tak mampu menjalankannya. Usia yang tak lagi mumpuni, menjadi penyebabnya. Akhirnya, yang bisa dilakukan hanyalah mewariskan ibadah haji tersebut kepada keturunannya.
—————-
SEPERTI yang dialami Imam Subekhi, warga Grati Tunon, Kecamatan Grati. Ia akhirnya mewariskan jatah hajinya kepada anaknya, Eko Budi. Penyebabnya, faktor usia. Ia belum bisa berangkat haji karena terlebih dahulu harus menghadap Sang Khalik.
Menurut Eko Budi, 39, abahnya meninggal 21 Oktober 2019. Padahal, abahnya sudah merencanakan bisa berangkat, setidaknya 2020 kemarin. Dia masih ingat, abahnya mendaftar haji pada Maret 2011 lalu.
Sama seperti umat muslim lainnya, Imam Subekhi dikatakan Eko Budi, begitu ingin melihat tanah suci. Apalagi setelah pensiun dari anggota Polri, abahnya lebih banyak mendekatkan diri dengan agama. Termasuk membaca tahapan-tahapan doa, supaya lancar saat berangkat ke tanah suci, dan tanpa kendala selama melakoni ibadah rukun Islam kelima tersebut.
Namun, rencana itu gagal. Abahnya, meninggal dunia duluan. Saat itu abahnya berusia 61 tahun.
“Rencana berangkat, sebenarnya 2019. Tapi, kepastian berangkatnya, pada 2020 lalu. Sayangnya, beliau meninggal duluan,” aku Eko sedih.
Lelaki yang kini tinggal di Sidowayah, Kecamatan Beji, tersebut akhirnya menjadi pewaris bagi abahnya untuk berhaji. Sesuai panggilan pemberangkatan, ia dijadwalkan berangkat pertengahan tahun 2020.
Sejumlah persiapan dilakukan. Tak hanya latihan tuntunan berhaji. Tetapi, juga mempersiapkan sebagian oleh-oleh haji. Songkok, sajadah, tasbih pun diborong.
“Sebagian oleh-oleh sudah kami siapkan. Saya dan ibu, mempersiapkannya untuk persiapan haji tahun 2020 lalu,” timpalnya.
Namun, ia harus menelan kecewa. Karena, pandemi Covid-19 menggagalkan keberangkatannya. Ia dan sang ibu, Kholipah, tak bisa memenuhi panggilan ke tanah suci.
Sedih pun dirasakannya. Apalagi, rencana pemberangkatannya itu, untuk menjalankan amanah sang abah. “Pastinya kecewa. Karena ini kan amanah abah. Tapi, saya belum bisa menjalankannya,” ungkap Eko.
Gagal berangkat pada 2020, membuatnya tidak mati harapan. Ia yang sebenarnya juga telah mendaftar haji sebelum meninggalnya sang abah, memiliki asa untuk berangkat pada tahun ini. Oleh-oleh haji yang sempat dibelinya tahun lalu, bisa dibagi-bagikan ketika ia tiba dari tanah suci.
Tapi, takdir berkata lain. Pandemi yang tak kunjung berakhir, membuatnya kecewa untuk kedua kali. “Kasihan ibu saya juga, sudah menunggu lama,” imbuhnya. (one/fun)