PASURUAN, Radar Bromo – Di antara empat daerah (Kota-Kabupaten Pasuruan-Probolinggo), Kota Pasuruan satu-satunya yang masih terbebas dari serangan (PMK), di Kabupaten Pasuruan semakin menjadi. Dengan populasi sapi paling sedikit, sejauh ini masih nihil temuan kasus.
Sementara di Kabupaten Pasuruan, dari ratusan ribu sapi, tercatat ada ribuan hewan ternak khususnya sapi yang terinfeksi. Dengan 21 di antaranya mati. Tapi jumlah itu dinilai belum valid. Karena sapi yang terinfeksi hingga mati, diperkirakan lebih dari yang dicatatkan pemkab.
Hal ini diungkapkan tokoh masyarakat Grati, Udik Djanuantoro. Dia mengatakan, sebenarnya kasus PMK di Kabupaten Pasuruan banyak terjadi. Tetapi, data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, mencatatkan jumlah yang kecil.
Ia memberikan contoh yang terjadi di Desa Balonganyar, Kecamatan Lekok. Di desa tersebut terdapat populasi sapi perah sebanyak 8.753 ekor. Yang sakit dengan ciri-ciri PMK sekitar 7.611 ekor. Dari jumlah itupun yang sembuh hanya 104 ekor. Selanjutnya yang mati ciri-ciri PMK sekitar 26 ekor. Terus potong paksa ada 573. Belum lagi yang dijual dengan harga tak wajar sebanyak 439 ekor.
“Ini harus segera ditasi. Kami terus memberikan sosialisasi kepada peternak agar jangan panik dan tidak menjual dengan murah. Karena penyakit ini bisa disembuhkan,” ungkapnya.
Jumlah itupun berbanding terbalik dengan rilisan pemkab pada 6 Juni lalu. Yakni sekitar 1.133 ekor. Dari jumlah tersebut, tercatat ada 12 ekor sapi yang mati.
Untuk itu, pemkab diminta untuk segera membentuk satgas penanganan PMK. Sebab dengan adanya satgas, maka pemda akan terbantu dalam melakukan pencegahan dan pengendalian.