PASURUAN, Radar Bromo – Kabupaten Probolinggo telah punya jembatan kaca. Jembatan di Seruni Point itu membentang sepanjang 120 meter dan selebar 1,8 meter di atas jurang sedalam 80 sampai 100 meter. Kabupaten Pasuruan kini menunggu realisasi pembangunan kereta gantung di kawasan wisata Gunung Bromo. Belum ada kejelasan.
Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Syarif Hidayat mengaku, sejauh ini belum tahu bagaimana tindak lanjut proyek yang diproyeksikan dengan biaya ratusan miliaran rupiah tersebut. Sejauh ini, belum ada tindak lanjut.
Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo sama-sama belum mengetahui kelanjutan proyek yang diputuskan dalam Perpres No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, dan Kawasan Bromo Tengger Semeru, serta Kawasan Lingkar Wilis dan Lintas Selatan itu.
”Itu kan proyek pusat. Kami hanya ketempatan. Rapat terakhir untuk membahas proyek itu kisaran 2019 atau 2020,” ungkap Syarif.
Dalam perpres tersebut disebutkan bahwa ada rencana pengembangan kereta gantung di Puncak Penanjakan dan Kawah Bromo. Nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp 350 miliar. Namun, menurut dia, jika pembangunan dilakukan dari Puncak Penanjakan ke Kawah Bromo, kereta gantung itu akan membahayakan. Sebab, lokasinya melingkar.
”Melingkar ini apakah empat kabupaten atau hanya Pasuruan atau Probolinggo saja. Yang saya ingat melingkar rutenya. Tapi, memang belum ada perkembangan,” jelasnya.
Trisno Sudigdo, tokoh masyarakat Tengger, berharap proyek tersebut harus jadi. Sebab, dampaknya akan bagus bagi perekonomian masyarakat. Lebih-lebih, rencana tersebut masuk dalam proyek stategis nasional.