Pintu Air Lebih Efektif Ketimbang Bangun Rumah Pompa
RENTAN MELUAP: Sungai kecil yang membentang di lingkungan Rujak Gadung, Kelurahan Karangketug, Gadingrejo. Di sinilah air kerap meluap ke jalan dan permukiman saat musim hujan. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
PASURUAN, Radar Bromo – Rumah pompa sempat menjadi wacana yang bakal ditempuh pemerintah dalam mengatasi banjir yang menggenangi permukiman di lingkungan Rujak Gadung, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Namun setelah dikaji, langkah itu disinyalir tak akan banyak mengurai persoalan yang ada.
Karena itu Pemkot Pasuruan mengurungkan niat untuk membangun rumah pompa di lingkungan tersebut. Bila dipaksakan, khawatirnya akan percuma. Kalaupun ada rumah pompa, tidak banyak membantu meminimalisasi banjir di permukiman. Sebab air yang menggenang ke permukiman bercampur lumpur.
Sehingga akan lebih cepat membuat mesin pompa air itu sendiri rusak. Tidak bertahan lama. Biaya perawatannya pun tidak murah. Bahkan meski dalam hitungan awal, rumah pompa baru bisa efektif bila jumlahnya sebanding dengan volume air banjir. Air yang masuk saja bisa sampai 50 kubik per menit. Sedangkan satu unit rumah pompa kapasitasnya hanya bisa menyedot 0,5 kubik per menit.
JADI PERHATIAN: Wawali Pasuruan Adi Wibowo saat memantau permukiman yang kerap dilanda banjir dari luapan sungai Petung beberapa waktu lalu. Saat itu muncul wacana pemkot untuk membuat rumah pompa. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
“Kalau rumah pompa ya itu kendalanya. Air yang menggenangi kawasan itu kan kotor. Bercampur lumpur. Berpotensi merusak mesin,” kata Gustap Purwoko, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pasuruan.
Ketimbang menyediakan rumah pompa, dinasnya lebih sepakat bila dibangun pintu air. Karena air yang menggenangi permukiman tidak hanya berasal dari Sungai Welang saja. Tetapi juga luapan dari anak sungai yang mengalir dari kawasan Pohjentrek dan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Tidak heran bila genangan cepat akan surut. Karena luapan terjadi dari dua sisi.
PASURUAN, Radar Bromo – Rumah pompa sempat menjadi wacana yang bakal ditempuh pemerintah dalam mengatasi banjir yang menggenangi permukiman di lingkungan Rujak Gadung, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Namun setelah dikaji, langkah itu disinyalir tak akan banyak mengurai persoalan yang ada.
Karena itu Pemkot Pasuruan mengurungkan niat untuk membangun rumah pompa di lingkungan tersebut. Bila dipaksakan, khawatirnya akan percuma. Kalaupun ada rumah pompa, tidak banyak membantu meminimalisasi banjir di permukiman. Sebab air yang menggenang ke permukiman bercampur lumpur.
Sehingga akan lebih cepat membuat mesin pompa air itu sendiri rusak. Tidak bertahan lama. Biaya perawatannya pun tidak murah. Bahkan meski dalam hitungan awal, rumah pompa baru bisa efektif bila jumlahnya sebanding dengan volume air banjir. Air yang masuk saja bisa sampai 50 kubik per menit. Sedangkan satu unit rumah pompa kapasitasnya hanya bisa menyedot 0,5 kubik per menit.
JADI PERHATIAN: Wawali Pasuruan Adi Wibowo saat memantau permukiman yang kerap dilanda banjir dari luapan sungai Petung beberapa waktu lalu. Saat itu muncul wacana pemkot untuk membuat rumah pompa. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
“Kalau rumah pompa ya itu kendalanya. Air yang menggenangi kawasan itu kan kotor. Bercampur lumpur. Berpotensi merusak mesin,” kata Gustap Purwoko, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Pasuruan.
Ketimbang menyediakan rumah pompa, dinasnya lebih sepakat bila dibangun pintu air. Karena air yang menggenangi permukiman tidak hanya berasal dari Sungai Welang saja. Tetapi juga luapan dari anak sungai yang mengalir dari kawasan Pohjentrek dan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Tidak heran bila genangan cepat akan surut. Karena luapan terjadi dari dua sisi.