Pedagang di Umbulan Waswas meski Sudah Disediakan Tempat Baru
DAPAT GANTI: Lapak tempat pedagang yang sudah disiapkan untuk berjualan. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
WINONGAN, Radar Bromo – Pedagang kaki lima (PKL) di Pemandian Umbulan akhirnya bersedia direlokasi ke tempat baru. Tetapi, mereka waswas karena takut dagangan tidak laku.
Salah seorang pedagang mengaku sebenarnya tidak mau direlokasi. Tetapi, karena yang lain sudah setuju, dia pun ikut setuju untuk pindah. “Ya, saya ikut teman-teman saja. Mau bagaimana lagi bertahan di sini juga tidak bisa,” katanya.
Pedagang berinisial S itu sebenarnya waswas pindah ke tempat baru. Sebab, di sana masih sepi. Dagangannya bisa tidak laku. ”Lihat nanti saja apakah rame atau tidak. Kalau tetap sepi yanggak tahu lagi akan jualan ke mana,” tuturnya.
DIBONGKAR: Lapak milik pedagang yang dibongkar. Para pedagang sudah direlokasi. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
Hal senada diutarakan Latifah, pedagang asal Desa Umbulan. Dia sudah puluhan tahun berjualan di lokasi itu. Menempati lapak warisan ibunya yang telah meninggal. ”Awalnya tidak setuju. Kemudian setuju ikut teman. Harapan kami ya Umbulan yang ini ditutup. Agar tempat baru bisa ramai,” terangnya.
Yanto, pedagang lain, mengaku kepikiran terus soal pindah tempat jualan ini. Beberapa hari terakhir dirinya tidak enak makan. Takut berdagang di tempat baru nanti sepi. ”Ya mau bagaimana lagi. Akhirnya saya terima saja,” tuturnya.
Menurut Yanto, berjualan di Umbulan merupakan pekerjaan utamanya. Penghasilannya tidak pasti. Padahal, dia harus menghidupi tiga anak yang usianya masih belia. Dua anaknya sudah sekolah. Satunya belum.
”Bagaimana nanti kalau tidak laku. Anak saya makan apa,” terangnya. (sid/far)
WINONGAN, Radar Bromo – Pedagang kaki lima (PKL) di Pemandian Umbulan akhirnya bersedia direlokasi ke tempat baru. Tetapi, mereka waswas karena takut dagangan tidak laku.
Salah seorang pedagang mengaku sebenarnya tidak mau direlokasi. Tetapi, karena yang lain sudah setuju, dia pun ikut setuju untuk pindah. “Ya, saya ikut teman-teman saja. Mau bagaimana lagi bertahan di sini juga tidak bisa,” katanya.
Pedagang berinisial S itu sebenarnya waswas pindah ke tempat baru. Sebab, di sana masih sepi. Dagangannya bisa tidak laku. ”Lihat nanti saja apakah rame atau tidak. Kalau tetap sepi yanggak tahu lagi akan jualan ke mana,” tuturnya.
DIBONGKAR: Lapak milik pedagang yang dibongkar. Para pedagang sudah direlokasi. (Foto: M Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo)
Hal senada diutarakan Latifah, pedagang asal Desa Umbulan. Dia sudah puluhan tahun berjualan di lokasi itu. Menempati lapak warisan ibunya yang telah meninggal. ”Awalnya tidak setuju. Kemudian setuju ikut teman. Harapan kami ya Umbulan yang ini ditutup. Agar tempat baru bisa ramai,” terangnya.
Yanto, pedagang lain, mengaku kepikiran terus soal pindah tempat jualan ini. Beberapa hari terakhir dirinya tidak enak makan. Takut berdagang di tempat baru nanti sepi. ”Ya mau bagaimana lagi. Akhirnya saya terima saja,” tuturnya.
Menurut Yanto, berjualan di Umbulan merupakan pekerjaan utamanya. Penghasilannya tidak pasti. Padahal, dia harus menghidupi tiga anak yang usianya masih belia. Dua anaknya sudah sekolah. Satunya belum.
”Bagaimana nanti kalau tidak laku. Anak saya makan apa,” terangnya. (sid/far)