GENDING, Radar Bromo – Hujan yang menyebabkan tanggul sungai Banyubiru di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo jebol, sebenarnya berintensitas sedang. Namun, hujan tersebut mengguyur mulai sore sekitar pukul 17.00 hingga pukul 22.00. Sehingga, air yang ada di beberapa sungai meluap.
Dampak luapan air itu, lantas menjebol tanggul di sungai Banyubiru. Sehingga, enam desa mengalami banjir. Bahkan, jalan pantura yang ada di Desa Sebaung, sempat terendam dan mengakibatkan kepadatan arus lalu lintas.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo Anggit Hermanuadi menjelaskan, banjir di Gending diakibatkan tanggul jebol. Tanggul yang terbuat dari beton itu tidak kuat menerima terjangan air. Sehingga jebol dan air meluber ke permukiman.
“Tanggulnya jebol. Itu karena intensitas air cukup deras. Sehingga, tanggul tidak kuat menahan derasnya air dan mengakibatkan jebol,” katanya.
Ditambahkan Anggit, banjir akibat tanggul yang jebol terjadi cukup lama. Bahkan, ada yang baru surut pukul 10.00. “Ada yang baru surut hari ini (Minggu, Red). Seperti di Desa Gending dan juga Sumberkerang,” terangnya.
Pihaknya pun langsung melakukan upaya tanggap darurat. Yaitu, menerjunkan tim untuk membantu masyarakat mengevakuasi barang-barang mereka. Juga ikut membantu warga membersihkan sisa lumpur yang masuk ke rumah.
“Kami sudah melakukan upaya tanggap darurat. Kami berupaya semaksimal mungkin untuk membantu masyarakat dalam mengatasi banjir ini,” tandasnya.
Sohe, Kaur Kesra Desa Sumberkerang menuturkan, di desanya air baru surut sekitar pukul 10.00, Minggu. Menurutnya air mulai datang pada Sabtu (22/2) pukul 22.00 dan bertahan hingga dua belas jam.
“Di desa kami cukup lama. Mulai pukul 22.00 Sabtu malam hingga tadi pagi (Minggu, Red) belum surut. Baru surut sekitar pukul 10 siang,” jelasnya.
Menurutnya, banjir ini tidak terlalu parah dibandingkan pada 2001. Saat itu, banjir juga terjadi karena tanggul penahan air jebol. Yang disayangkan, setelah banjir tanggul penahan air tidak dibangun lagi. Karena itu, kali ini daerahnya kembali terkena banjir.
“Yang paling parah itu pada 2001. Itu pertama kali banjir, karena tanggul jebol. Sayangnya saat itu tanggul tidak dibangun lagi. Hanya ditanggul tanah. Akhirnya sekarang banjir lagi. Kami berharap pemerintah segera membangun tanggul. Sehingga, tidak ada banjir lagi,” harapnya.
Selain mengakibatkan banjir, hujan Sabtu itu juga mengakibatkan pohon tumbang di beberapa tempat. Yaitu di Desa Blado, Kecamatan Tegalsiwalan; Desa Suko, Kecamatan Maron, dan Desa Sumberkerang, Kecamatan Gending. Beruntung, korban jiwa maupun rumah ambruk tidak ada. (sid/hn)