KRAKSAAN, Radar Bromo – Kebutuhan perut kerap dituding sebagai penyebab seseorang melalukan aktivitas menyimpang. Termasuk praktik prostitusi. Terlepas dari semua itu, ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang terjun ke dunia hitam.
Dosen Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya di Univesitas Trunojoyo Mohtazul Farid mengatakan, prostitusi merupakan masalah sosial. Tidak hanya bisa diselesaikan dengan satu cara dan dalan waktu sekejap. Perlu ada sinergi antarpihak agar masalah ini bisa diselesaikan.
“Saya pernah melakukan penelitian dan menemukan bahwa pelaku prostitusi tetap menjalankan ibadah dan bahkan memberikan santunan pada anak yatim. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang terjun ke dunia prostitusi,” ujarnya.
Diantaranya, frustasi dengan hubungan yang sedang dijalani. Ada seorang PSK yang pernah hamil di luar nikah dengan pacar atau tunangannya yang tidak bertanggungjawab. Untuk lari masalah itu, dia menjadi pelaku prostitusi.
Yang kedua, menganggap aktivitas prostitusi sebagai sebuah kenikmatan. Akhirnya menjadi candu dan menggeluti pekerjaan haram tersebut. Selanjutnya motif ekonomi. Menggeluti dunia prostitusi dengan berorientasi pada kebutuhan materiil.
Motif ekonomi pun dibagi menjadi dua. Pertama seseorang terjun ke dunia prostitusi dengan tujuan mengumpulkan uang. Setelah uang terkumpul, orang tersebut berhenti. Lalu memanfaatkan uang tersebut untuk membuka usaha.
Motif ekonomi kedua yakni, karena ada beban keluarga yang harus ditanggung. Mulanya bekerja seadanya. Namun, karena uang yang dihasilkan tidak mencukupi, akhirnya memilih untuk menjual diri.
“Motif ekonomi ada dua. Ada yang sudah diniati tujuan untuk mengumpulkan uang. Ada juga yang karena himpitan ekonomi. Inilh yang membuat seseorang terjun ke dunia prostitusi,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, kasus prostitusi juga bisa terjadi karena dijebak oleh teman atau kenalan. Mulanya mereka ingin bekerja secara baik-baik. Selanjutnya tergiur dan tertipu oleh janji manis. Awalnya teman atau kenalannya menanggung semua kebutuhan dengan menyediakan semua yang diperlukannya. Mulai dari tiket, penginapan, dan kebutuhan makan selama di perantauan. Setelah itu dipaksa untuk membayar tanggungannya.
“Karena sudah banyak pengeluaran, tetapi belum ada pemasukan akhirnya terpaksa bekerja prostitusi,” jelasnya.
Menurut Farid menyelesaikan masalah prostitusi tidak hanya bisa dilakukan dengan satu pendekatan. Ada beberapa institusi yang terkait dan berwenang menyelesaikan masalah ini.
Penyelesaian dapat dilakukan melalui pendekatan personal. Yakni dengan perlahan merubah pola pikir dan mengajak pada pelaku agar tidak melakukan perbuatan prostitusi. Dan yang kedua melalui pendekatan sistem. Dimana secara garis besar negara bersama aparat pemerintahan memiliki peran penting dalam melakukan kontrol sosial.
“Saat ini tempat prostitusi sudah mulai berkurang. Tetapi ruang untuk menjajakan prostitusi semakin terbuka lebar. Salah satunya melalui media sosial,” ujar Farid. (ar/hn)