25.5 C
Probolinggo
Wednesday, March 29, 2023

Trauma, Aremania asal Kertosuko Krucil Ogah Pulang, Bertahan di Kanjuruhan

MALANG, Radar Bromo – Tragedi Kanjuruhan cukup membekas bagi Rsd, 17. Aremania asal Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo itu masih trauma. Ia pun takut pulang ke rumahnya di Probolinggo.

Sudah 11 hari Rsd memilih tidak pulang ke rumahnya. Sebab, ketiga temannya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.

Dalam kurun waktu 11 hari terakhir, Rsd bertahan di area Stadion Kanjuruhan, dengan kondisi linglung. “Tatapannya kosong, dan ketika diajak komunikasi, lama untuk merespons,” kata Awang Karta, salah satu pedagang di Stadion Kanjuruhan, Rabu (12/10).

Awang, awalnya tidak menaruh curiga kepada Rsd. Sebab, memang banyak orang hilir mudik di kios-kios yang berada di luar Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga:  Kawan Irjen Teddy Minahasa Cukur Gundul, Minta Tuntaskan Tragedi Kanjuruhan

Tetapi, melihat pria dibawah umur itu masih terus berada di area Stadion, Awang mencoba mendekati dan menanyakan prihal keberadaannya. “Ketika ditanyai, dia mengaku takut pulang, sebab tiga temannya meninggal dunia saat tragedi itu,” kata dia.

Merasa iba, Awang mencoba berkoordinasi dengan pihak kepolisian, Kodim, Koramil dan Puskesmas setempat untuk mencari solusi bersama. “Semalam sudah ada dari Koramil, Kodim, Polisi juga tim puskesmas Kepanjen membujuk dia. Tapi, anaknya tidak mau (pulang). Kelihatannya dia trauma,” tambahnya.

Alasannya, pria 17 tahun itu tidak pulang karena takut sama keluarga korban dan kakak kandungnya sendiri. Sebab, dari cerita Awang, kakak kandung Rsd nomor dua, ringan tangan. “Dia tidak punya ayah dan ibu (meninggal dunia). Saudaranya ada 3. Yang paling baik sama anak itu, saudara yang nomor satu kerja ada di Bali. Dia tinggal sama kakak yang nomor dua,” terang dia.

Baca Juga:  Buntut Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Copot Kapolres Malang

MALANG, Radar Bromo – Tragedi Kanjuruhan cukup membekas bagi Rsd, 17. Aremania asal Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo itu masih trauma. Ia pun takut pulang ke rumahnya di Probolinggo.

Sudah 11 hari Rsd memilih tidak pulang ke rumahnya. Sebab, ketiga temannya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.

Dalam kurun waktu 11 hari terakhir, Rsd bertahan di area Stadion Kanjuruhan, dengan kondisi linglung. “Tatapannya kosong, dan ketika diajak komunikasi, lama untuk merespons,” kata Awang Karta, salah satu pedagang di Stadion Kanjuruhan, Rabu (12/10).

Awang, awalnya tidak menaruh curiga kepada Rsd. Sebab, memang banyak orang hilir mudik di kios-kios yang berada di luar Stadion Kanjuruhan.

Baca Juga:  Aremania Krucil Akhirnya Dijemput Keluarga, Langsung Dirawat di RSJ Lawang

Tetapi, melihat pria dibawah umur itu masih terus berada di area Stadion, Awang mencoba mendekati dan menanyakan prihal keberadaannya. “Ketika ditanyai, dia mengaku takut pulang, sebab tiga temannya meninggal dunia saat tragedi itu,” kata dia.

Merasa iba, Awang mencoba berkoordinasi dengan pihak kepolisian, Kodim, Koramil dan Puskesmas setempat untuk mencari solusi bersama. “Semalam sudah ada dari Koramil, Kodim, Polisi juga tim puskesmas Kepanjen membujuk dia. Tapi, anaknya tidak mau (pulang). Kelihatannya dia trauma,” tambahnya.

Alasannya, pria 17 tahun itu tidak pulang karena takut sama keluarga korban dan kakak kandungnya sendiri. Sebab, dari cerita Awang, kakak kandung Rsd nomor dua, ringan tangan. “Dia tidak punya ayah dan ibu (meninggal dunia). Saudaranya ada 3. Yang paling baik sama anak itu, saudara yang nomor satu kerja ada di Bali. Dia tinggal sama kakak yang nomor dua,” terang dia.

Baca Juga:  Pelajar SMP asal Kota Probolinggo Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru