KRAKSAAN, Radar Bromo – Kelangkaan minyak goreng (Migor) menjadi perhatian serius Pemprov Jatim. Bahkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, beberapa kali turun langsung mengawal distribusi minyak goreng di sejumlah daerah. Usai di Kejayan, Kabupaten Pasuruan beberapa waktu lalu, kemarin Khofifah datang ke Kraksaan.
Orang nomor satu di Jatim itu menyebut, Pemprov terus melakukan pendistribusian migor murah ke daerah. Dalam tiga hari terakhir saja, sebanyak 2,7 juta liter minyak goreng disalurkan ke 38 kota/kabupaten di Jatim.
Jumlah migor 2,7 juta liter, diungkap Khofifah, berasal dari distributor di luar Jawa Timur. Sehingga ia meminta kepada para distributor maupun produsen dapat mengeluarkan migornya.
“Saya berharap, kalau ada minyak goreng di produsen maupun distributor, tolong segera dikeluarkan. Yang saya sebut 2,7 juta liter itu adalah melalui jalur distribusi baru, lewat RMI, APPMGI (Asosiasi Pengusaha Pengemas Minyak Goreng Indonesia). Jika ini juga dilakukan, Insyaallah dapat memenuhi kebutuhan lebih mudah dan lancar,” kata Khofifah saat meninjau operasi minyak goreng murah, di Samsat Kraksaan Kabupaten Probolinggo, Minggu (6/3).
Sementara untuk 2,7 juta liter minyak goreng didistribusikan dalam bentuk minyak goreng curah dan kemasan premium. Untuk minyak goreng curah, kedepannya akan disalurkan dengan prioritas pasar tradisional.
“Untuk sekarang ini masih ada sekitar 1,7 juta liter proses pengemasan. Selesai (dikemas, Red), langsung didistribusikan dan pada tanggal 9 Maret ini akan datang lagi sebanyak 4 ribu ton minyak goreng,” ujarnya.
Selain distribusi minyak goreng secara langsung, lanjut Khofifah, pihaknya juga akan mengajak APPMGI untuk menyiasati ketahanan minyak goreng. Ini demi menjaga kualitas dan daya tahan. “Karena kalau minyak goreng tidak dikemas atau curah, hanya 4 hari saja ketahanannya. Lebih dari itu (4 hari) pasti ada gelembung-gelembungnya. Kalau dalam bentuk kemasan bisa tahan lama,” ujarnya.