KRAKSAAN, Radar Bromo – Saban tahun ada sekitar 18 ribu ton sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Seboro, Kabupaten Probolinggo. Karenanya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) harus berusaha mengolah sampah agar TPA-nya tidak cepat full. Namun, dari 18 ribu ton sampah, sejauh ini baru 5 ribu ton yang berhasil diolah.
Kabid Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Probolinggo Zaenal Ansori mengatakan, pihaknya sengaja memanfaatkan sampah agar sampah di TPA Seboro tetap terjaga. Salah satu langkahnya dengan memproses sampah organik menjadi pupuk kompos. “Sekarang rataannya produktivitas sampah sudah 52 ton per hari. Kalau tidak diantisipasi dengan melakukan pemanfaatan, kapasitas tampung di TPA Seboro akan cepat habis,” ujarnya.
Selain memanfaatkan sampah organik, pihaknya juga melakukan pemanfaatan sampah anorganik. Seperti sampah plastik dan botol. Sampah diolah menjadi aneka ragam kerajinan, mulai dari pot bunga hingga kursi. “Yang organik kami proses jadi pupuk kompos, yang nantinya digunakan untuk perawatan tanaman milik DLH. Yang anorganik kami proses jadi ecobrick,” ujarnya.
Tak hanya itu, demi menjaga kapasitas TPA Seboro tetap aman, pihaknya juga bekerja sama dengan beberapa bank sampah di tingkat desa. Sehingga, sampah diproses di tingkatan desa tanpa harus dibuang ke TPS dan diangkut ke TPA. “Kami lakukan pembinaan di bank sampah desa-desa. Agar semua sampah yang ada tidak harus diangkut ke TPA karena di desa sudah diolah,” ujarnya.
Sepanjang 2020, Zaenal menjelaskan, produksi sampah di Kabupaten Probolinggo sudah melebihi 18 ribu ton. Sekitar 5 ribu ton berhasil diproses menjadi pupuk kompos dan kerajinan ecobrick. “Sudah sampai 18 ribu ton. Sekitar 30 persennya sudah berhasil kami olah menjadi kerajinan dan pupuk,” ujarnya. (mu/rud/fun)