BANGIL, Radar Bromo – Hujan menyulitkan petugas normalisasi sungai dan saluran irigasi. Ketika endapan kali dikeruk, tanah kerukan bisa ambrol lagi tergerus air hujan. Permukaan sungai meninggi. Akses menuju lokasi pun sulit dilewati. Berlumpur dan becek.
Pengerukan sungai dan saluran irigasi itu dilakukan di berbagai lokasi. Ada puluhan titik. Baik di Kecamatan Bangil, Beji, Rembang, Kraton, maupun kecamatan-kecamatan lain.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan Misbah Zunib memperkirakan, setidaknya normalisasi dilakukan di 20 sampai 30 titik sungai dan saluran irigasi.
”Kami upayakan tahun ini bisa terealisasi,” kata Misbah.
Di mana saja lokasinya? Di antaranya, sebut dia, Sungai Kendal, Desa Kedungboto, Kecamatan Beji; serta Sungai Pasinan juga di Desa/Kecamatan Beji. Selain itu, Sungai Pejangkungan di Rembang, Sungai Tambakan di Bangil, dan Kali Pulokerto di Kraton.
Jaringan irigasi lain menyusul setelah lima titik tersebut selesai. Jumlahnya masih banyak. ”Kami lakukan bertahap karena alat berat kami terbatas,” jelasnya.
Sejauh ini, tambah Misbah, kegiatan normalisasi mengalami hambatan. Selain kendala medan yang sulit dilalui, volume sampah dan endapan sangat tinggi. Yang tidak kalah berat adalah anomali cuaca. Biasanya bulan-bulan ini sudah masuk musim kemarau. Sangat jarang terjadi hujan.
Faktanya, hujan terkadang turun dengan intensitas yang tinggi. Nah, ketika hujan deras itu, alat berat tidak mampu bekerja maksimal. Ekskavator tidak bisa leluasa bekerja. Air sungai menjadi deras. Endapan yang dikeruk longsor lagi ke sungai. Jalan menuju lokasi susah dilewati. ”Beberapa kali turun hujan. Itu menghambat normalisasi,” ungkapnya.
Normalisasi sungai diperlukan untuk mengembalikan fungsinya sebagai jaringan irigasi. Misalnya, mencegah banjir akibat pendangkalan dasar sungai. Jika endapan dikeruk, fungsi irigasi ke persawahan bisa optimal. Petani tidak sulit mendapatkan air untuk tanamannya. (one/far)