PASURUAN, Radar Bromo – Bencana banjir masih terjadi. Berbagai upaya dilakukan untuk menormalisasi kali dan saluran irigasi. Upaya-upaya itu mampu menurunkan luas wilayah dan lama genangan air di berbaga titik.
Pada 2021, Pemkab Pasuruan mengucurkan anggaran Rp 4 miliar. Anggaran itu digunakan untuk menormalisasi saluran irigasi dan sungai yang berada di bawah kewenangan pemkab. Ada sekitar 65 titik di berbagai kecamatan.
Pada 2022 ini, pemkab juga menganggarkan lagi Rp 2,9 miliar. Anggaran dari dana alokasi umum (DAU) itu disiapkan untuk menormalisasi 40 jaringan irigasi. Belum lagi normalisasi sungai yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Pengerukan dan penguatan plengsengan. Baik di wilayah Kecamatan Kraton maupun Rejoso. Upaya itu diharapkan mampu mencegah terjadinya banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Ridwan Harris mengatakan, sejauh ini, banjir yang terjadi di daerahnya sudah surut. Tidak ada lagi genangan di kawasan permukiman dan rumah-rumah warga. Meski begitu, BPBD tetap menurunkan petugas untuk mengecek langsung kondisi di lokasi.
”Sudah surut semua. Hanya ada beberapa jalan yang masih tergenang. Kami menerjunkan petugas untuk langsung cross check ke lapangan,” jelasnya.
Mantan Camat Kraton itu menambahkan, upaya penanggulangan banjir tidak kurang-kurang dilakukan oleh pemkab. Normalisasi sungai dan saluran irigasi juga terus dilakukan. Langkah itu memang tidak lantas membuat banjir hilang sama sekali. Namun, upaya-upaya tersebut cukup untuk mengurangi banjir.
Contohnya, banjir yang melanda beberapa kecamatan belakangan ini. Tinggi air genangan turun. Banjir seperti hanya lewat. Tidak sampai menggenang selama berhari-hari. Seperti di daerah Kraton, Beji, Rejoso, dan Winongan.
”Memang tidak bisa serta-merta menghilangkan. Tetapi cukup untuk mengurangi debit air dan lama genangan,” jelasnya.
Harris mengatakan, upaya mengatasi bencana banjir membutuhkan keterlibatan lintas aktor dan juga sektor. Tidak cukup jika pemda sendiri yang menanganinya. Dia melihat, beberapa tahun terakhir sudah banyak warga dan tokoh masyarakat yang peduli lingkungan. Itu juga berdampak besar terhadap penanganan banjir di daerahnya.
Harris menyatakan, banjir terjadi akibat curah hujan yang begitu tinggi. Air membawa material lumpur dan sampah dari hulu ke hilir. Penyumbatan sungai terjadi di mana-mana. Akibatnya, air sungai meluap ke jalan-jalan dan permukiman.
“Seperti di Kraton itu. Itu kan karena ada sumbatan di Kali Welang lama. Jadinya meluber. Di Welang yang lain kan lancar. Tidak ada masalah,” terangnya. (sid/far)