BANGIL, Radar Bromo – Sesekali jari perempuan berkerudung itu mengusap keningnya. Wajahnya murung. Suaranya setengah terisak. Guru bernama Tutut Farihatus Sholihah itu menumpahkan kekecewaannya karena gagal lolos seleksi PPPK. Padahal, sudah puluhan tahun dia mengabdi sebagi guru sukwan. Sejak 2003.
Sehari-hari Tutut mengabdi sebagai guru di SDN Pogar 3, Bangil. Bidang studi pendidikan agama Islam (PAI). Dia mengajar di sekolah itu sejak 2003. Bahkan, dua tahun kemudian, memperoleh SK sebagai guru pegawai tidak tetap (PTT).
”Saya sudah bertahun-tahun mengabdi. Apa tidak ada kesempatan yang diberikan pemerintah kepada saya,” ucap Tutut kepada Jawa Pos Radar Bromo yang menemuinya di sekolah kemarin.
Dia sangat berharap suatu hari bisa menjadi guru PNS. Namun, setiap ikut tes, dirinya selalu gagal dan gagal lagi. Pada 2013, Tutut mengikuti seleksi guru PAI di SMKN 1 Bangil. Namun, waktu itu dan tidak diterima. Niatnya untuk memperbaiki hidup tidak pupus. Pada 2019, dia mendaftar seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) di Purwosari. Sayangnya, lagi-lagi tidak lolos.
Yang terakhir, Oktober 2021 ini. Dia kembali mengikuti seleksi PPPK. Harapannya, ada formasi di SDN Pogar 3 untuk guru PAI. Ternyata di sekolah itu tidak ada formasi untuk dirinya. ”Padahal, di sini kan belum ada guru ASN untuk PAI,” ungkapnya.
Tutut pun akhirnya mendaftar ke sekolah lain, yaitu SDN Manaruwi 1 Bangil. Waktu itu, di sana ada formasi guru PAI dan belum ada guru ASN. Dia mengikuti tahapan seleksi. Dari administrasi hingga seleksi kompetensi dasar (SKD).
Namun, kali ini pun, nasib baik tidak berpihak kepadanya. Tutut gagal lagi saat hasil SKD diumumkan pekan lalu. ”Ya, sedih tidak lulus,” ucapnya.