BANGIL, Radar Bromo – Siti menangis. Bola mata perempuan 39 tahun warga Sukorejo itu berlinang air mata. Dia terisak saat diperiksa anggota Satpol PP Kabupaten Pasuruan, Senin (31/1). Perempuan lima anak itu terjaring razia karena menjadi badut di perempatan SMPN 3 Bangil.
”Anak saya banyak, Pak. Suami ngerosok. Saya terpaksa melakukan ini untuk bertahan hidup,” ungkapnya sembari terisak.
Siti mengaku baru sepekan terakhir menjadi badut. Sebelumnya, dia bekerja membuat kasur lantai dari orderan pengusaha. Pengusaha itu tidak bisa lagi kirim ke Malaysia karena pandemi. ”Bos saya bangkrut. Saya dan suami tidak bisa kerja lagi,” ungkapnya.
Razia tidak hanya menjaring Siti. Ada juga dua pengemis dan pengamen lain. Keduanya berasal dari Bangil dan Probolinggo. Pengamen bernama Yayuk itu mengaku juga terpaksa cari uang receh dengan mengamen. Gara-garanya, anak yang selama ini memberinya uang meninggal dunia. Tertabrak kereta api.
”Suami sudah tidak ada,” ucapnya. Rengekan mereka membuat anggota Satpol PP iba. Mereka tidak dihukum. Hanya diminta tanda tangan surat pernyataan untuk tidak cari uang di jalan lagi.
Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kabupaten Pasuruan Sulhi menjelaskan, razia kemarin dilakukan berdasar laporan masyarakat. Di perempatan SMPN 3 Bangil yang ramai itu, ada badut dan pengamen jalanan. Mereka meminta uang sampai ke tengah jalan. Membahayakan pengendara maupun diri mereka sendiri.
”Kami tertibkan dan kami minta tidak melakukannya lagi,” tegasnya. (one/far)