24.7 C
Probolinggo
Sunday, June 11, 2023

Cuma Kanak-Kanak

Oleh: Andhini Kusuma


SEMUA manusia di TK Pelangi kumpul di aula untuk senam. Semua bergairah hingga buta pada seorang anak kecil yang menahan air mata. Tawa girang anak-anak lain menenggelamkan suara sesenggukan.

“Pendek! Hahaha,” seenak jidat Hani membuka mulut.

Mungkin hangat mentari tak cukup. Langit cerah kebiruan yang ingin menghibur pun tak dianggap. Ia melangkah pergi ke tempat sepi. Lalu duduk di bandulan warna-warni yang jauh dari aula. Tangisan yang lama tertahan itu akhirnya terlepaskan. Sambil otak membayangkan betapa senangnya jika bisa pulang ke rumah.

Suara derap langkah yang mendekat membuatnya menyeka air mata dengan kasar. Punggung tangannya kini sedikit lembap. Ia menoleh ke belakang dan bertatapan dengan guru perempuan yang tersenyum lembut.

Baca Juga:  Calon Serigala

“Kok di sini? Semuanya sudah masuk kelas, masuk yuk.”

Diam menguasainya ketika mengikuti sang guru hingga jarak mereka dengan kelas semakin dekat. Ketakutannya pada ruang gelap dan pengap itu tak pernah pudar. Tatapan tajam dari segala arah yang menusuk dan bisikan-bisikan membuatnya tak nyaman. Guru perempuan tadi mengalihkannya pada guru laki-laki yang mengajar di kelas.

“Rena, kenapa gak masuk kelas setelah bel masuk?”

Rena membisu. Guru yang bertanya pun sepertinya tak butuh jawaban hingga kembali melanjutkan pembelajaran.

Oleh: Andhini Kusuma


SEMUA manusia di TK Pelangi kumpul di aula untuk senam. Semua bergairah hingga buta pada seorang anak kecil yang menahan air mata. Tawa girang anak-anak lain menenggelamkan suara sesenggukan.

“Pendek! Hahaha,” seenak jidat Hani membuka mulut.

Mungkin hangat mentari tak cukup. Langit cerah kebiruan yang ingin menghibur pun tak dianggap. Ia melangkah pergi ke tempat sepi. Lalu duduk di bandulan warna-warni yang jauh dari aula. Tangisan yang lama tertahan itu akhirnya terlepaskan. Sambil otak membayangkan betapa senangnya jika bisa pulang ke rumah.

Suara derap langkah yang mendekat membuatnya menyeka air mata dengan kasar. Punggung tangannya kini sedikit lembap. Ia menoleh ke belakang dan bertatapan dengan guru perempuan yang tersenyum lembut.

Baca Juga:  Kedua Saudari Tiriku

“Kok di sini? Semuanya sudah masuk kelas, masuk yuk.”

Diam menguasainya ketika mengikuti sang guru hingga jarak mereka dengan kelas semakin dekat. Ketakutannya pada ruang gelap dan pengap itu tak pernah pudar. Tatapan tajam dari segala arah yang menusuk dan bisikan-bisikan membuatnya tak nyaman. Guru perempuan tadi mengalihkannya pada guru laki-laki yang mengajar di kelas.

“Rena, kenapa gak masuk kelas setelah bel masuk?”

Rena membisu. Guru yang bertanya pun sepertinya tak butuh jawaban hingga kembali melanjutkan pembelajaran.

Artikel Terkait

Tumpes Kelor

Suami Kalkulator

Buku Versus Hape

Guru yang Disayang Semua

Most Read

Artikel Terbaru